28/04/09

PRT Indonesia Dibunuh di Bahrain

PRT Indonesia Dibunuh di Bahrain
detikNews
Gulf Daily News

Sitra - Lagi-lagi nasib naas menimpa TKW Indonesia di luar negeri. Kali ini, seorang pembantu rumah tangga (PRT) tewas secara mengenaskan di Bahrain. Wanita berumur 24 tahun itu dibunuh oleh seorang pria Bahrain.

Korban diidentifikasi bernama Ami Tursiya Takiyat. Demikian diungkapkan sumber-sumber seperti dilansir media Gulf Daily News, Rabu (24/9/2008).

Jasad Ami ditemukan di semak-semak di wilayah Sitra pada Senin, 22 September lalu. Tersangka pembunuh berhasil ditangkap polisi dalam 24 jam setelah jasad Ami ditemukan.

Tersangka pun mengakui telah membunuh korban dengan menusuk lehernya dengan pisau. Pria berusia 38 tahun itu mengklaim bahwa korban, yang merupakan pembantu saudara laki-lakinya, telah menghina dirinya. Dia pula yang menuntun polisi ke lokasi tempat dirinya membuang tubuh korban.

Korban diyakini baru bekerja di Bahrain selama 7 bulan. Kepolisian Bahrain sedang menyelidiki kasus ini. Tersangka akan segera diadili atas tuduhan pembunuhan.

Read more...

27/04/09

TKW Indonesia Dibakar, Dipaksa Makan Tinja Sendiri

TKW Indonesia Dibakar, Dipaksa Makan Tinja Sendiri
January 12, 2009
Putri Prameshwari

Demonstrators are expected to protest outside the Saudi Arabian Embassy in Central Jakarta today after details emerged over the weekend of the alleged shocking abuse of an Indonesian woman during her employment as a domestic worker in Medina last year.

In an open letter to the governments of Indonesia and Saudi Arabia, to be formally presented to the embassy on Jalan M.T. Haryono in Tebet, Human Rights Watch and the Indonesian Migrant Workers Union, or SBMI, detail the alleged abuse of Keni binti Carda by her employers, Khalida, a police officer, and Wafa al-Khuraifi, a doctor.

“The abuse allegedly inflicted by Wafa al-Khuraifi on Keni binti Carda includes repeated burning with an iron, forced ingestion of feces, psychological abuse and application of household cleaners to open wounds,” says the letter, obtained by the Jakarta Globe. “Mrs. al-Khuraifi also poked Keni’s tongue with a knife, pried her teeth loose and forced them down her throat, beat her own children when they tried to protest and threatened Keni with a grisly death if she tried to escape.”

In addition to the beatings and other physical abuse, Keni binti Carda says her employers made her work from 6 a.m. to 3 a.m. each day, physically trapped her in the house and forced her to leave Saudi Arabia before she could seek help from authorities, it says.

In October 2008, Keni alleges Wafa al-Khuraifi took her to the airport and threatened to have Saudi police imprison her if she reported the abuse. As she was wearing an abaya , which completely covered her, fellow travelers and airport officials did not observe her medical condition, the letter says.

“When she arrived in Jakarta, Indonesian officials took her directly to Sukanto Police Hospital, which has a special clinic for the numerous migrant women who return to Indonesia with injuries from abuse while working abroad,” the letter says.

Keni is currently receiving treatment for her extensive injuries. She has impaired vision in one eye, and her flesh is fused together in some places where al-Khuraifi allegedly burned her.

Jamaluddin, the coordinator for advocacy at the migrant workers’ association, said he found Keni in the hospital on Dec. 31. He was critical of the Indonesian government’s response to the alleged torture.

“This might just be the tip of the iceberg for Indonesians working in Saudi Arabia,” he said.

Jamaluddin said that there were around 1.5 million Indonesian migrant workers in Saudi Arabia, almost 80 percent of them women working as domestic servants.

The letter urges Saudi and Indonesian authorities to investigate the case, prosecute the abusers in accordance with international standards and provide financial compensation and appropriate support services to the victim.

The letter also elaborates long-standing concerns about migrant women’s access to the justice system and provided recommendations for key reforms.

“We recognize that both the Saudi and Indonesian governments have taken steps in recent years to begin addressing protection of migrant domestic workers, and we encourage further progress in this direction,” the letter says.

“We hope that both governments will use this opportunity, and the unacceptable abuse and mutilation of Keni binti Carda, to demonstrate that abuse of domestic workers will not be tolerated.”

The letter says that while many domestic workers enjoy satisfactory working conditions in Saudi Arabia, many others, like Keni, face a range of abuses. These include nonpayment of salaries, forced confinement by employers, excessive workloads and, in some instances, physical and sexual abuse. In such cases, migrant women face multiple barriers to seeking redress through the justice system.

“One reason is Saudi Arabia’s kafala [sponsorship] system, which ties migrant workers’ employment visas to their employers,” the letter says. “Under this system, an employer assumes responsibility for a hired migrant worker and must grant explicit permission before the worker can transfer employment or return home.”

The “kafala” system gives the employer immense control. Human Rights Watch has documented numerous cases where workers were unable to escape from abusive conditions because their employers denied them permission to leave the country.

Read more...

26/04/09

Hukum Arab Saudi, Ancaman Terbesar Buruh Migran

SUARA PEMBARUAN DAILY
Hukum Arab Saudi, Ancaman Terbesar Buruh Migran
SP/YC Kurniantoro

Sejumlah aktivis dari "Migrant Care" berunjuk rasa dengan aksi teatrikal di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, di Jakarta, akhir tahun. Mereka mendesak Pemerintah Arab Saudi untuk memberikan amnesti kepada 40.000 buruh migran asal Indonesia tak berdokumen yang terancam dideportasi.

idak pernah terbayang di benak Wen (33), impian indah mengadu nasib di Arab Saudi justru membuahkan bencana. Alih-alih menangguk riyal, Wen justru dipulangkan ke Tanah Air dengan membawa luka fisik dan segudang aib. "Saya diperkosa oleh majikan sampai hamil dan melahirkan anak," tutur Wen, wanita asal Karawang, dengan suara bergetar menahan tangis.

Akibat perbuatan bejat sang majikan, Wen dijebloskan ke penjara Al-Malash, Riyadh. Ia dijatuhi hukuman penjara satu tahun dan cambuk 200 kali. "Dalam satu minggu, saya dikasih 50 cambukan," ungkap Wen, ketika menuturkan pengalaman pahitnya kepada SP, Kamis (6/3).

Dalam pemeriksaan, sang majikan memang akhirnya mengakui bersalah dan meminta maaf. Ia dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun. Tetapi, jerat hukum tetap tidak bisa dihindari. Hukuman Wen hanya diperingan. Sanksi penjara dan hukuman cambuk yang dijatuhkan dikurangi hingga separonya.

Istilah perkosaan tidak dikenal dalam hukum di Arab Saudi. Yang mereka kenal zina. Maka, meskipun ada pengakuan bersalah sekaligus permintaan maaf dari sang maji-kan, Wen tetap dianggap melakukan perzinaan.

Hukuman keras bagi para pelaku zina di Arab Saudi sudah sejak awal diketahui oleh Wen. Zina dimasukkan ke dalam kategori jarimah hudud, yakni pelanggaran terhadap hukum syara' yang sanksinya sudah ditetapkan dalam nash, baik Al Qur'an maupun hadis.

Persoalannya, Wen diperkosa oleh sang majikan. Musibah itu terjadi setelah Wen dibuat tak berdaya. Ketidakadilan ini dipicu fakta bahwa di dalam hukum fiqh tidak dikenal istilah perkosaan, tetapi dimasukkan dalam kategori zina.

"Saya tidak berzina! Saya diperkosa setelah dikasih obat tidur oleh majikan. Saya tidak tahu-menahu dengan apa yang ingin dilakukan majikan saya. Mengapa saya dihukum seperti orang yang sengaja berzina? Inilah hukum Arab Saudi yang sangat tidak adil," tegas Wen, dengan mata berkaca-kaca.

Dari pengamatan Wen, buruh migran Indonesia yang dihukum cambuk di penjara Al-Malash, Riyadh, rata-rata 120 orang per bulan.


Tanpa Pembekalan

Wen adalah salah satu dari buruh migran perempuan yang diberangkatkan ke perantauan tanpa dibekali pemahaman memadai mengenai budaya dan sistem hukum negara tujuan. Sementara Arab Saudi, yang memberlakukan sistem pidana berbeda dengan Indonesia, merupakan salah satu negara tujuan terbesar buruh migran asal Indonesia.

Menurut Depnakertrans, hingga pertengahan 2007 jumlah buruh migran Indonesia di Arab Saudi mencapai 980.000 orang, sebagian besar perempuan. Ironisnya, perlindungan bagi mereka kurang dipedulikan.

Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan Salma Safitri Rahayaan sangat menyayangkan pemahaman tentang kultur dan sistem hukum Arab Saudi belum diberikan pemerintah kepada para calon buruh migran. "Kebanyakan pelatihan melulu soal keterampilan," ungkap Safitri.

Pembekalan tentang kultur Arab juga lebih cenderung pada pengajaran bahasa Arab sederhana. "Hukum dan budaya Arab tidak dijadikan materi secara khusus dalam pembekalan terhadap buruh migran," ujar dia.

Tingginya buruh migran perempuan yang dipenjarakan dan dijatuhi hukuman cambuk di Arab Saudi menunjukkan kegagalan pemerintah memberikan pemahaman tentang hukum dan budaya negara itu kepada calon buruh migran sebelum berangkat.


Tuduhan Sihir

Selain zina, banyak buruh migran Indonesia yang dijerat hukum atas tuduhan melakukan sihir. Jul (29), istri Mashudin alias Didin dari Desa Gebang Kulon, Cirebon, Jawa Barat misalnya, hingga kini masih mendekam dipenjara karena dituduh melakukan guna-guna atau sihir. Mengacu budaya di sebagian wilayah Indonesia, perempuan tidak diperbolehkan membuang kuku dan rambut sembarangan ketika sedang menstruasi. Tetapi, di Arab Saudi, budaya tersebut kerap menyebabkan buruh migran perempuan dikenai tuduhan sihir.

Jul divonis 10 tahun penjara dan cambuk 1.000 kali dengan tuduhan melakukan sihir. Tuduhan dijatuhkan hanya gara-gara Jul mengumpulkan rambutnya serta memberi jamu kepada sang majikan yang sakit dengan maksud untuk mengobati. Jamu berupa seduhan jahe dan gula merah itu sendiri sebetulnya dibuat atas permintaan sang majikan.

Berbagai upaya sudah dilakukan Didin agar istrinya bisa segera dibebaskan. Baik Dubes Arab Saudi di Jakarta hingga pejabat di Departemen Luar Negeri sudah ditemui. Tetapi, tidak ada hasil yang diperoleh hingga sekarang.

"Bapak Presiden, tolonglah agar istri saya bisa dipulangkan secepatnya," ungkap Didin. Kasus yang dialami Jul juga jadi bukti, bahwa calon buruh migran Indonesia perlu mengetahui hukum dan budaya Arab Saudi sebelum diberangkatkan. [SP/Elly Burhaini Faizal]

Read more...

25/04/09

TKW Indonesia Dihajar di Hadapan Menteri Tenaga Kerja

GILA...!!! TKW Indonesia Dihajar di Hadapan Menteri Tenaga Kerja

Benar-benar tindakan yang memalukan...
Hargailah nyawa dan hak hak manusia lain wahai para pejabat...
TKW adalah juga manusia...dan warga negara Indonesia...
yang juga menghasilkan devisa yg besar bagi negara...
mereka bekerja di luar negeri karena negara ini tidak mampu memberikan pekerjaan yang layak untuk dia dan keluarganya di sini, di negaranya sendiri, makanya dia merantau jadi TKW di luar negeri...
merekalah para pahlawan dan penunjang hidup keluarga...
So layaknya mereka harus dihargai, dihormati, dan dilindungi...
terutam oleh para pejabat dan mereka yang merasa menjadi pemimpin negara ini...



TKW Dihajar di Depan Menteri

JAKARTA, SENIN - Malang nian nasib sembilan wanita warga negara Indonesia (WNI) yang tengah mengais nafkah di Hongkong. Ketika mau mengadu ke Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno yang tengah berkunjung ke Hongkong, mereka malah digebuki. Ironisnya para pelaku pemukulan adalah petugas Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Hongkong.

Akibat pemukulan itu, dua wanita dilarikan ke rumah sakit karena terluka cukup parah, sementara empat wanita lainnya mengalami memar-memar dan berdarah. Pemukulan itu disaksikan Menakertrans Erman Suparno yang berada di Gedung Queen Elizabeth, Hongkong, Minggu (7/9).

Duta Buruh Migran, Franky Sahilatua, saat dihubungi Warta Kota semalam mengatakan, pemukulan itu terjadi sekitar pukul 11.00 waktu Hongkong. Saat itu, puluhan tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di Hongkong mengadakan pertemuan dengan Menakertrans. Beberapa TKW kemudian menggelar spanduk bertuliskan ”Stop Underpayment” (hentikan pembayaran upah di bawah standar) di depan menteri.

”Tiba-tiba saja, mereka langsung diseret dan dipukuli oleh petugas keamanan sampai luka-luka, padahal mereka hanya menggelar spanduk. Wajar dong, mereka mengutarakan aspirasi kepada menteri,” ujar penyanyi balada ini.

Franky menegaskan, pemukulan itu terjadi persis di depan Menakertrans. Anehnya, kata Franky, Pak Menteri hanya berdiam dan tidak bereaksi apa-apa. Petugas keamanan yang memukuli para TKW, jumlahnya lebih dari dua orang, juga berkewarganegaraan Indonesia. ”Mereka itu lebih sok berkuasa dibanding polisi Hongkong, mereka harus diberi sanksi tegas,” katanya.

Ia menyesalkan tindakan pemukulan petugas keamanan tersebut. Ia berharap Menakertrans lebih cerdas dalam memimpin, sehingga tidak terjadi peristiwa seperti ini. Dalam pertemuan itu, sejumlah pejabat Depnakertrans, dan DPRD Tingkat I Jawa Timur juga ikut serta. Namun tidak ada yang melerai pemukulan itu dan hanya membiarkannya. ”Sudah wanita, lagi puasa, belum digaji, dipukuli bangsa sendiri lagi, ini kan jahanam sekali,” tegasnya.

Hingga semalam, baru tiga TKW yang terluka yang diketahui namanya yakni Luluk, Ganis, dan Rudi. Organisasi yang peduli TKW, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) akan melayangkan protes kepada Menakertrans dan Departemen Luar Negeri atas arogansi para petugas keamanan Konjen RI tersebut.

Ketika Warta Kota hendak minta tanggapan ke Departemen Luar Negeri (Deplu), telepon genggam Juru bicara Deplu Teuku Faizasyah tidak aktif.

Rp 4 juta

Menurut Franky, para TKW di Hongkong yang membentangkan spanduk berusaha mengutarakan aspirasi mereka bahwa masih ada TKW yang digaji di bawah standar upah yang ditentukan Pemerintah Hongkong. Mereka minta perhatian Pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan hak mereka mendapatkan upah yang layak.

Upah minimum TKW di Hongkong adalah 3.450 dolar Hongkong per bulan. Namun sejumlah TKW mendapat upah sekitar 2.000 dolar Hongkong per bulannya. ”Itu pun banyak yang belum dibayarkan selama berbulan-bulan. Ada yang sejak pertama datang tidak menerima upah sedikit pun,” jelas Franky. Selain itu, sejumlah TKW menghadapi pemotongan gaji oleh Perusahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) dan agen-agen tenaga kerja.

Komisioner Komnas Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan, Sri Wiyanti Eddyono, semalam, mengaku belum mendengar kabar tentang pemukulan TKW oleh aparat keamanan Konjen RI di Hongkong. Meski demikian, Sri Wiyanti menyesalkan tindakan kekerasan terhadap para TKW. ”Apa pun alasannya, upaya kekerasan bukan jalan yang terbaik, mengapa tidak melakukan dialog saja,” ujarnya.

Ia mengatakan, ekspresi para TKW dengan membentangkan spanduk merupakan pernyataan yang wajar. Mereka memang merasakan kepahitan nasib buruh migran. ”Kekerasan itu tindakan yang tidak bijaksana karena TKW sedang berada dalam keadaan tidak menguntungkan,” imbuhnya.

TKW Indonesia yang bekerja di Hongkong jumlahnya lebih dari 100.000 orang. Mereka, rata-rata, mendapatkan gaji sekitar 3.000 dolar Hongkong per bulan atau sekitar Rp 4 juta. Jumlah tersebut memang cukup fantastis bila dibandingkan gaji pembantu rumah tangga di Jakarta yang berkisar Rp 300.000 sampai Rp 500.000 per bulan.

Alasan para wanita itu menjadi TKW di Hongkong antara lain kemiskinan, perceraian, poligami, dan ditinggal mati oleh suami. Rata-rata dari mereka harus menghidupi anak, orangtua, serta keluarga yang miskin.

sumber: KOMPAS

Read more...

24/04/09

ARAB PERINGKAT 1

Jatim Korban Terbesar Trafficking

SURABAYA - Data mencengangkan dibeber Migrant Care. Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat itu mencatat, dalam sepekan ada lima tenaga kerja wanita (TKW) yang tewas di perantauan luar negeri sampai pertengahan 2008. Malaysia dan Arab Saudi menduduki peringkat tertinggi negara yang menjadi objek kekerasan terhadap buruh migran Indonesia.

"Jumlah sekian itu diperkirakan semakin bertambah karena Indonesia merupakan salah satu sending area buruh migran selain Filipina di Asean dan Asia Timur," terang Anis Hidayah, direktur eksekutif Migrant Care, dalam lokakarya pembentukan konvensi Asean mengenai pemberantasan perdagangan manusia (trafficking) di JW Marriott kemarin (28/10).

Anis menyebut bahwa buruh asal Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat paling banyak menjadi korban trafficking. Dengan iming-iming pekerjaan dan gaji besar, setiap tahun rata-rata 3-4 ribu perempuan diperdagangkan. Mereka dikirim ke luar negeri secara ilegal. Parahnya, beberapa di antaranya termasuk kelompok anak-anak.

"Berdasar laporan jejaring kami di daerah, arus trafficking di Jatim kebanyakan dari daerah kabupaten seperti Tulungangung, Jember, Blitar, Malang, sampai Ngawi," tutur Anis.

Dengan adanya konvensi pemberantasan trafficking Asean yang rencananya diratifikasi pada pertengahan Juli 2009, Anis berharap agar beberapa instansi terkait dapat menuntaskan rumusan draf konvensi.

Direktur Politik Keamanan Dirjen Departemen Luar Negeri untuk Kerja Sama Asean Ngurah Swajaya menekankan kesepahaman antarpenegak hukum dalam menangkal trafficking. "Lokakarya ini lanjutan dari kerja sama antarpenyidik imigrasi, polisi, maupun kejaksaan di Kuala Lumpur pada Juni 2008," jelas Ngurah.

Pihak imigrasi melalui R. Muchdor, direktur Penyidikan dan Penindakan Dirjen Imigrasi, menyatakan sudah memberlakukan dokumen perjalanan berbasis biometric (sidik jari). "Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi duplikasi perjalanan. Dengan sidik jari, sekalipun anak kembar, tetap dapat dibedakan," tegasnya.

Pernyataan senada dilontarkan penyidik Unit III PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Bareskrim Polri Lili Mulyanti. "Sebisa-bisanya aparat penegak hukum di setiap pintu akses seperti pelabuhan dan bandara memperketat arus keluar masuk manusia," ujarnya. (sep)

salam damai

Read more...

23/04/09

Kekerasan Pada TKW Indonesia di Malaysia

Satu Lagi Kekerasan Pada TKW Indonesia di Malaysia!!!

Kuala Lumpur
- Nasib naas lagi-lagi menimpa tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di Malaysia. Wanita muda itu diperkosa beramai-ramai saat sedang berjalan seorang diri di jalanan.

Peristiwa memilukan ini menimpa seorang wanita berusia 20-an tahun yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kejadian itu terjadi di Bukit Dumbar, George Town, Malaysia.

Wanita yang dirahasiakan identitasnya itu dibawa masuk ke sebuah mobil dan dilarikan menuju ke suatu tempat. Selama dalam perjalanan, dia tak sadarkan diri sebab para penyerang telah membiusnya.

"Ketika dia terbangun beberapa jam kemudian, dia mendapati lima pria bertopeng berdiri dekat tubuhnya yang telanjang. Dia kemudian disuruh berpakaian. Salah seorang dari mereka membawa dia kembali ke tempat dia diculik," kata pejabat kepolisian setempat, Azam Abd Hamid.

"Korban selanjutnya membuat laporan ke kantor polisi Jelutong. Dia kemudian dikirim ke Rumah Sakit Penang dan hasil pemeriksaan membenarkan kalau dia diperkosa," imbuh Hamid seperti dilansir harian Malaysia, The Star, Jumat (12/9/2008).

Kasus ini kini dalam penyelidikan polisi.

sumber: forum Kompas

Read more...

15/03/09

Seluruh Tubuh Keni Disetrika

Keni, TKW Indonesia Disiksa Majikan Perempuannya di Madinah
Sumber: www.kompas.com


Rabu, 7 Januari 2009 | 06:38 WIB

Gaji Rp 6 juta yang diterima Keni (28) agaknya tidak akan sebanding dengan penderitaan yang dialaminya.

Keni, tenaga kerja Indonesia asal Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Brebes, Jawa Tengah, disiksa oleh majikan perempuannya di Madinah, Arab Saudi, selama tiga bulan. Dia kini dirawat di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Luka-luka Keni memang sudah mulai kering. Namun, keloid yang muncul di bekas-bekas luka dan bentuk kedua kupingnya yang berubah akan menjadi tanda sepanjang umur Keni dan orang-orang di sekitarnya atas kekerasan yang dialami Keni.

Dari penuturan Keni, kekerasan yang dilakukan Wafa, majikan perempuannya, dimulai setelah satu bulan dia bekerja di keluarga itu.

”Majikan marah kalau saya tidak bisa membersihkan ruangan dalam waktu setengah jam. Padahal, ruangannya banyak. Rumahnya saja tiga lantai,” tutur perempuan yang sudah memiliki satu anak berusia tiga tahun ini.

Setiap marah, Wafa lalu menarik Keni dan membawanya ke ruang setrika. Setrikaan yang telah dipanaskan oleh Wafa lalu ditempelkan ke tubuh Keni. ”Setiap kali menyetrika tubuh saya, dia lalu mengobatinya. Dia punya lemari obat-obatan yang besar. Namun, besoknya, kalau marah, dia menyetrika saya lagi,” cerita Keni.
Luka bakar yang diderita Keni hampir menutupi seluruh tubuhnya. Kedua kuping Keni tampak mengerut. Leher, kedua tangan, dada, perut, punggung, dan kaki tidak luput dari kebengisan Wafa.

Selain menyetrika, Wafa juga memukul Keni, mencongkel gigi depan Keni kemudian memaksa Keni untuk menelannya, dan juga tidak memberi makan yang cukup bagi Keni.

Keni mengaku tidak bisa melarikan diri karena rumah majikannya selalu terkunci. Dia baru bebas ketika majikan laki-lakinya, Khalid Al Khuraifi, mengetahui perbuatan istrinya. Keni lalu dipulangkan ke Indonesia. Namun, ketika pulang Keni dipakaikan baju dan cadar yang tertutup sehingga luka-luka yang ada di kulitnya tidak ditahui oleh pihak keamanan di bandara.

Ketika Keni akan pulang, majikan memberikannya gaji Rp 6 juta. Padahal, Keni telah bekerja selama 4,5 bulan dan gaji per bulannya Rp 2 juta. ”Alasannya, gaji saya dipotong untuk biaya tiket pesawat,” kata Keni.

Charmiah (48), ibunda Keni, ketika ditemui di RS Polri terus-menerus menangis melihat kondisi anak tunggalnya itu. ”Anak saya berangkat cantik, kenapa sekarang bisa begini. Saya minta pelakunya dihukum setinggi-tingginya,” kata perempuan yang sehari-hari berdagang bahan pokok di Pasar Losari ini.

Charmiah mengaku, dia tidak mengizinkan Keni bekerja di luar negeri. Namun, Keni harus bekerja karena suaminya, Saifudin, tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia lebih sering menganggur daripada bekerja. Charmiah meminta Keni membantunya berdagang saja. Namun, Keni menolak. Dia memaksa dengan alasan mencari pengalaman selagi masih muda.

”Tidak tahunya pengalaman yang didapat adalah pengalaman buruk,” tangis Charmiah.

Menurut Charmiah, sebelum bekerja kepada Wafa, Keni pernah bekerja dua tahun di Arab Saudi. Namun, selama dua tahun bekerja, Keni tidak pernah mengirimkan uang gajinya kepada keluarga. ”Tidak tahu uangnya ke mana. Kata dia, belum dibayar majikannya,” ujarnya.

Nirmala Bonat Kedua

Jamaluddin, Koordinator Advokasi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), menyayangkan kekerasan yang dialami Keni ini tidak diumumkan oleh pemerintah. ”Keni sudah tiga bulan dirawat di RS Polri dan tidak sekali pun pemerintah terbuka mengenai masalah ini,” kata Jamaluddin.

Dia menilai, pemerintah selalu bertindak lambat dan cenderung menutupi kejadian yang menimpa warganya yang berada di luar negeri.

”Kasus Keni menjadi kasus Nirmala Bonat kedua, TKI yang disiksa di Malaysia. Kasus Nirmala sendiri membutuhkan waktu empat tahun untuk memberikan hukuman kepada majikannya,” kata Jamaluddin.

Dengan kasus yang menimpa Keni ini, SBMI menuntut Pemerintah Indonesia mengajukan nota protes diplomatik kepada Pemerintah Arab Saudi dan mendesak Pemerintah Arab Saudi mengusut tuntas kasus Keni sesuai hukum yang berlaku di Arab Saudi.

”Proses pengadilan untuk kasus penyiksaan terhadap TKI sangat melelahkan. Bahkan, banyak kasus yang terhenti proses penyidikannya,” ujar Jamaluddin yang bertemu dengan Keni tanpa sengaja di RS Polri.

Sementara itu, Kepala Subdirektorat Pengamanan Deputi Perlindungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Komisaris Besar Yunarlim Munir mengatakan, BNP2TKI telah bekerja sama dengan perwakilan di luar negeri untuk mengusut tuntas kasus ini.

”Majikannya menyatakan sanggup membiayai pengobatan Keni hingga sembuh. Namun, kasus hukumnya kami serahkan kepada Pemerintah Arab Saudi,” kata Yunarlim.

Dia juga mengatakan, saat ini majikan perempuan Keni telah diperiksa penyidik. ”Proses pemeriksaannya belum selesai. Jadi, belum tahu kapan persoalan ini akan dibawa ke pengadilan,” kata Yunarlim.

Dia menambahkan, saat ini ada sekitar 6 juta TKI yang bekerja di luar negeri. Dari jumlah itu, yang mengalami penyiksaan tidak banyak. ”Saya tidak tahu jumlah pastinya, tetapi angkanya kecil hanya 0,0 sekian persen,” kata Yunarlim.

Jamaluddin mengatakan, jumlah TKI yang mempunyai masalah di luar negeri cukup banyak. Dari 1.000 TKI yang pulang setiap hari, sekitar 100 orang mempunyai masalah. Namun, masalahnya beragam. (M CLARA WRESTI)

Read more...

Meuthia Hatta Kunjungi TKW Korban Penyiksaan

Meuthia Hatta Kunjungi TKW Korban Penyiksaan
Didit Tri Kertapati - detikNews

Jakarta - Menneg Pemberdayaan Perempuan (PP) Meuthia Hatta prihatin atas nasib TKW yang menjadi korban penyiksaan majikannya di luar negeri. Putri Bung Hatta ini mengunjungi 6 TKW yang dirawat di RS Polri.

Meuthia masuk ke ruang perawatan para TKW di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (14/1/2009).

Meuthia menyapa para TKW. Mereka adalah Keni, Suheni, Aci, Winda, Aisah, dan Mariani.

"Kamu diapain sama majikan?" tanya Meuthia.

"Ditusuk-tusuk lidah sampai 10 kali. Gigi 4 buah dicongkel dan dipaksa ditelan. Disuruh buka baju sama polisi. Tetapi setelah dikasih uang tidak jadi buka baju," curhat Keni.

Suheni juga menyampaikan cerita sedihnya. "Perut saya ditusuk sama anak majikan. Saya melarikan diri," kata Suheni.

Meuthia selanjutnya mengunjungi Aci, Winda, dan Mariani. "Saya mau diperkosa sama majikan. Saya nekat loncat dari lantai 4 dan tidak sadar diri," kata Aci.

"Abis kamu cantik sih," timpal Meuthia yang mengenakan baju warna merah ini.

Winda dan Aisyah juga mengalami penyiksaan serupa. Sedangkan Mariani mengalami kecelakaan kerja.

"Menyedihkan, kita yang sebenarnya punya hak untuk ke luar negeri tetapi tidak diperlakukan dengan baik. Sebagian besar diperlakukan tidak baik oleh majikannya. Kenapa kok sampai seperti itu. Mereka kan yang butuh tenaga kerja tetapi kok memperlakukan seperti itu," kata Ketua Umum Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) ini.

Meuthia (hanya) akan mengusulkan agar majikan yang menganiaya TKW tidak dikirimi TKW dari Indonesia.(aan/nrl)

Read more...

TKW Indonesia diperkosa 46 lelaki di Makkah

TKW Indonesia dikabarkan diperkosa di Makkah oleh 46 orang termasuk seorang polisi Arab


Sangat mengherankan berita mengenai TKW Indonesia yang diperkosa di Makkah seperti yang diberitakan arabnews.com tgl 28 January 2009 sama sekali tidak ada dalam pemberitaan media Nasional baik cetak maupun elektronik, terutama oleh TV One yang seperti diketahui memiliki hubungan sangat dekat dengan media Arab. Stasiun TV eks. Lativi ini sampai saat ini belum juga mengulas kasus ini dalam pemberitaannya yang terkenal cepat & tajam. Sangat kontradiktif dibanding saat stasiun TV Nasional dengan maskot Bang One ini mampu meliput secara live dan terus-menerus kondisi peperangan di Palestina namun dalam kasus TKW asal Indonesia yang dikabarkan diperkosa di Makkah oleh lebih dari 40 orang termasuk seorang polisi arab sama sekali tidak ada dalam pemberitaanya padahal kabar mengenai kasus ini telah beredar di internet cukup lama.


Berikut kabar mengenai kasus tersebut yang diambil dari
Arab News

TKW yg diperkosa tidak membawa virus AIDS

MAKKAH: Police kemarin membantah bahwa seorang TKW Indonesia yg diperkosa oleh lebih dari 40 orang bulan Desember lalu adalah seorang pembawa virus AIDS spt yg dilaporkan beberapa harian, demikian laporan Al-Watan.

“Kami tidak memiliki bukti bahwa korban perkosaan atau tertuduh2 membawa penyakit seksual,” kata Maj. Abdul Muhsin Al-Mayman, jubir polisi Makkah.

Harian2 setempat melaporkan bahwa 46 lelaki, termasuk seorang polisi, memperkosa wanita 38 thn yg lari dari majikannya di distrik Al-Nuzhah bln December.

Wanita itu dijemput polisi yg kemudian memperkosanya di tempat penampungannya. Dilaporkan bahwa wanita itu dicampakkan di jalan begitu saja dan ditemukan patrol polisi yg membawanya ke RS King Faisal Makkah dimana ia mendapat perawatan bagi AIDS.

Sumber-sumber lain :
http://myquran.org/forum/index.php/topic,49240.0.html
http://www.arabnews.com/?page=1&section=0&article=118644&d=28&m=1&y=2009




Read more...

Tragedi TKW Indonesia Berlanjut Terus

Tragedi TKW Indonesia Berlanjut Terus


source : www.arabnews.com

JEDDAH, 26 December 2005 — Hakim di Riyadh kemarin menjatuhkan hukuman 79 cambukan kepada seorang TKW Indonesia yang menuduh majikan dan istrinya menyiksanya.

"Kami sudah naik banding ke pengadilan dan kami percaya dan yakin pada sistem pengadilan Saudi," kata Nasser Al-Dandani, pengacara Nour Miyati yang ditunjuk oleh Kedutaan Besar Indonesia.

Bulan Maret yang lalu Miyati dibawa ke rumah sakit di Riyadh oleh majikannya dalam kondisi kritis karena bengkak nanah di jari-jari tangan, jari-jari kaki dan juga sebagian dari kaki kanannya. Dokter telah mengamputasi beberapa jari tangan dan jari kakinya.

Pada mulanya Miyati menuduh majikannya mengikatnya selama satu bulan di kamar mandi dan menghantam dia secara keji sehingga melukai matanya dan mematahkan beberapa giginya. Tetapi Miyati kemudian mengubah testimoninya dan kemudian diadukan (dituduh) membuat tuduhan palsu tentang peyiksaan oleh majikannya.

Hakim kemudian menghukum istri majikannya, yang mengaku memukul Miyati, hukuman cambuk 35 kali. Sang suami bebas karena kurangnya bukti yang kuat terhadapnya.

Hakim masih belum memutuskan kasus aduan pemukulan Miyati oleh majikannya. Jika terbukti bersalah, majikan itu harus membayar uang ganti rugi kepada sang TKW.

Bulan Juli lalu pihak yang berwajib Saudi memenjarakan Miyati ketika dia masih sedang dirawat di Rumah Sakit Spesialis di Riyadh karena luka-lukanya dan amputasinya.

Setelah adanya keluhan dari pengacaranya, Dandani, dan dari Kedutaan Besar Indonesia, Miyati dilepaskan atas perintah pemerintah Riyadh Pangeran Salman untuk dirawat di Nahda Women's Charity Society.

Pihak Kedutaan Besar Indonesia menolak berbicara lebih lanjut mengenai hukuman itu hingga keputusan terakhir dibuat. Mereka masih terus berhubungan dengan Miyati di tempat kediaman pengacaranya.

"Dia masih di rumah saya sebagai tamu dan menerima perawatan yang dibutuhkannya, kata Dandani.


dan bla.....bla..... Belum lagi kawin Kontrak para Onta dari Arab dibogor dll

kebanyakkan minum air kencing Onta, sebab katanya Obat Mujarab.

Read more...

Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat

Bekerja di luar negeri sebagai buruh migran memang menjanjikan gaji yang besar, namun resiko yang harus ditanggung juga sangat besar. Kerentanan buruh migran sudah dialami sejak masa perekrutan di daerah asal. Proses ini merupakan awal dari mata rantai eksploitasi terhadap buruh migran Indonesia. Pemerintah selalu melaknat praktek percaloan sebagai biang masalah buruh migran, namun tak pernah serius memberantas praktek percaloan. Hampir sebagian besar buruh migran berangkat ke luar negeri melalui perantara perantara ini. Oleh karena itu, proses perekrutan buruh migran sarat dengan praktek pemerasan dan penipuan. PJTKI berkontribusi besar terhadap eksistansi calo, karena merekalah tukang tadah dari hasil perekrutan para calo.

Pada masa bekerja sebagaian besar buruh migran bekerja disektor-sektor yang penuh resiko (3D: Dark, Dirty, Dangerous) namun minim proteksi. Di timur Tengah (terutama Arab saudi), buruh migran Indonesia yang menjadi korban perkosaan dan kekerasan majikan mencapai jumlah ribuan. Data resmi yang yang dikeluarkan pihak KBRI Arab Saudi dan KBRI Kuwait, jumlah buruh migran yang melarikan diri ke KBRI untuk mencari perlindungan dari tindak kekerasan dan perkosaan majikan mencapai sekitar 3.627 orang pertahun. Puluhan mayat buruh migran Indonesia yang meninggal di Arab Saudi masih terlantar belum dikuburkan dan tidak bisa segera di kirim ke ahli waris Indonesia.

Di Malaysia, buruh migran Indonesia diperlakukan sebagai ''persona non grata''. Politik anti migran pemerintah Malaysia merepresi buruh migran Indonesia yang tidak berdokumen di Malaysia. Padahal sebelumnya merekalah yang menjadi tulang punggung perekonomian Malaysia. Untuk mengusir buruh migran Indonesia tak berdokumen, pemerintah Malaysia tak hanya menerbitkan Akta Imigresen 1154 tahun 2002 tetapi juga melancarkan Ops-Nyah yang mengerahkan tentara dan polisi Malaysia bersenjatakan lengkap. Malaysia pun menggunakan milisi sipil RELA untuk menangkapi buruh migran Indonesia. Di Malaysia persoalan perdagangan perempuan juga menjadi masalah besar.

Di negara-negara lain buruh migran mengalami aneka ragam persoalan. Di Hongkong buruh migrant menerima gaji dibawah standar. Di Taiwan banyak gaji yang tidak dibayar dan PHK sepihak. Taiwan juga menjadi tujuan perdagangan perempuan Indonesia khususnya dari Kalimantan untuk tujuan kawin kontrak. Di Singapura, selain penyelundupan (smuggling in person), kerentanan yang dialami oleh buruh migran ditunjukkan dengan banyaknya angka kematian. Semester pertama tahun 2007 ini, sudah 120 buruh migran Indonesia meninggal dunia.

Read more...

TKW Jember Korban Perkosaan di Arab Saudi

Sumber : mokoku.blogspot.com


Neh Kasus Lagi !!! TKW Jember Korban Perkosaan di Arab Saudi

Sampai Hamil dan Terancam Rajam !!!
Masih Tega Mau Naik Haji ????!!!!


JEMBER- Nasib tenaga kerja wanita Indonesia asal Jember yang bekerja di Arab Saudi kian memprihatinkan. Tiap bulan selalu saja ada korban penganiayaan. Seperti salah satunya dialami Nursiyati, yang bekerja di Arab Saudi kemudian disiksa majikan. Ia dikabarkan diperkosa hingga hamil dan harus menjalani hidup di penjara dengan ancaman hukum rajam sekitar 2.000 kali. Suami Nursiyati, Wagiman dan Serikat Buruh Migran Indonesia Jember melaporkan kasus ini kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemkab Jember. Namun sayangnya tidak mendapatkan tanggapan serius.

"Istri saya berangkat ke Arab Saudi April 2006 karena diajak Misnan, warga Desa Tembokrejo, Kecamatan Umbulsari. Awalnya ditampung di PT AG di Malang selama satu setengah bulan sebelum diberangkatkan ke Saudi. Setahun pertama Nursiyati di Arab Saudi tidak ada masalah. Komunikasi lancar, dan setelah lima bulan bekerja ia mengirimkan uang Rp 4,2 juta," kata Wagiman yang tinggal di Desa Wringintelu, Kecamatan Puger, kemarin. Namun hingga satu setengah tahun terakhir komunikasi dengan istrinya terputus. "Keluarga baru tahu kondisi dia setelah menerima suratnya Februari 2008 dari salah seroang teman istri saya. Surat itu berisi kalau istri saya sedang berada di penjara Ar-Ruwais Woman Section di Jeddah dan menjalani masa tahanan satu tahun dari dua tahun masa tahanan yang harus dijalani," ujarnya. Sayangnya, teman Nursiyati tidak bercerita lebih jelas perihal masuk penjara. "Namun hanya cerita kalau istri saya sering digoda dan dilecehkan oleh keponakan majikan. Bahkan diperkosa hingga hamil. Kami sendiri berharap Nursiyati segera pulang karena anaknya yang kedua sering sakit-sakitan," ujarnya.Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jawa Timur M Kholili mendesak agar Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemkab Jember meminta agar pemerintah menekan PT AG untuk bertanggungjawab atas Nursiyati. "Kami juga mendesak pemerintah mengupayakan secara hukum agar Nursiyati bisa bebas dan menjamin pemenuhan hak yang mesti diterimanya. Pemerintah juga harus menindak pelaku yang menempatkan Nursiyati ke Arab Saudi," kata M Kholili.

Tragisnya, saat melaporkan ke Disnakertrans, Kepala dinas M Thamrin dan staf yang biasa menangani kasus TKI tidak berada di tempat. "Sudah saya telepon berkali-kali, nadanya aktif tapi tidak diangkat," katanya dengan nada kesal. Hal itu juga serupa yang dialami sejumlah wartawan saat melakukan konfirmasi. SBMI Jawa Timur juga membeber pada tahun ini Jawa Timur sudah menangani 53 persoalan tenaga kerja Indonesia nondeportasi. Jumlah kasus terbanyak adalah di Jember dengan 17 kasus, dan diikuti Malang, Ponorogo, dan Banyuwangi. Para TKI tersebut mayoritas bermasalah di dua negara yakni Malaysia dan Arab Saudi. Mayoritas, korban terjebak pada perekrutan ilegal tanpa pekerjaan dan tidak punya legalitas formal.

"Sebagian TKI juga terjebak perekrutan dengan tujuan tidak sesuai kontrak kerja. Ada pula TKI yang dipekerjakan di dunia hitam sebagai hostes dan pelacur. Kami menyesalkan respons pemerintah yang lamban dalam menangani persoalan TKI," tandasnya. Dia juga menambahkan, semua kasus yang ditangani SBMI tidak mendapat pelayanan darurat yang cepat dari pemerintah provinsi, apalagi Pemkab Jember yang dinilai sangat lamban dalam menangani banyaknya kasus. "Di Jember, kami melihat pemerintah kabupaten masih kalah responsif dan kurang tanggap dibanding pemerintah provinsi dan kabupaten lain," ujarnya. (p juliatmoko)


pssst... untuk urusan bangsa sendiri mana perjuangan PKS & TV One ???


Read more...

TKW Disiksa 8 Tahun Oleh Majikan di Arab Saudi

TKW Disiksa 8 Tahun Oleh Majikan di Arab Saudi,

Hingga Cacat Fisik Permanen !
Sssstttt........ Ada Yang Boikot Naik Haji Gak ????!!!!

Jember - Kisah tragis dan memilukan kembali dialami tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di Arab Saudi. Adalah Riyamah Binti Kabul Kasiman (38) warga Dusun Curahrejo Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu yang menjadi korban pemerlakuan tenaga kerja dengan tidak manusiawi oleh majikan. Dia disekap dan disiksa selama 8 tahun dan kini mengalami cacat fisik permanen. Kondisinya psikologisnyapun juga terganggu.

"Kedua kuping saya digigit dan bagian tubuh yang lain disiksa. Saya hanya diam saja. Saya sebenarnya sudah mau melarikan diri. Tapi saya takut akan dibunuh majikan," tutur Riyamah saat dirumahnya sambil meneteskan air mata, kemarin. Riyama sebelumnya berangkat secara ilegal melalui seseorang yang diduga tekong bernama Aminah warga Kecamatan Tanggul yang kemudian disalurkan ke seseorang bernama Sri dan selanjutnya diberikan ke PT Alfindo Masbuana dan ditampung di Jalan Bondet Raya 13 A Jakarta Timur selama 40 hari.

Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jawa Timur M Kholili yang memberikan advokasi pada korban mengatakan, Riyama ditempatkan pada 2 majikan berbeda, pertama Azzah Ugail Ali Kadasah dan kedua bernama Said Kadasah di Jedah Arab Saudi. Selama dipekerjakan Riyama tidak boleh keluar rumah dan diharuskan bekerja sejak jam 4 pagi sampai 12 malam.Akibat penyiksaan itu ia mengalami cacat fisik permanan berupa disiksa telinga lewat gigitan mulut dan nyaris terputus, jari manis kiri patah dan tidak lurus, kedua tangan sekujurnya banyak luka disiksa dengan peralatan dapur. Selain itu, bibir korban mengalami pertumbuhan tidak normal dan kedua kakinya tidak normal karena bekas guratan siksaan bahan kimia."Sekarang kedua matanya tidak bisa melihat dengan normal. Riyama memaksa pulang dan rumahnya sendiri saat ia pulang ternyata sampai lupa. Gaji juga tidak dibayar dengan semestinya yakni 13 ribu real dalam waktu 8 tahun. Mestinya 57.600 real.

Saat ini korban butuh bantuan medis dan psikologis," katanya. Sayangnya saat M Kholili menghubungi Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemkab Jember M Thamrin ponselnya tidak aktif. Begitupula saat dimintai konfirmasi oleh wartawan.SBMI Jawa Timur juga mendesak agar PT Alfindo Masbuana bertanggungjawab atas kondisi Riyama dan menjamin seluruh hak normatif korban. Pihaknya juga meminta agar BNP2TKI dan Menakertrans memeberikan peringatan atau somasi sampai pencabutan izin terhadap PT Alfindo Masbuana.


Read more...

Arab peringkat 1

SURABAYA - Data mencengangkan dibeber Migrant Care. Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat itu mencatat, dalam sepekan ada lima tenaga kerja wanita (TKW) yang tewas di perantauan luar negeri sampai pertengahan 2008. Malaysia dan Arab Saudi menduduki peringkat tertinggi negara yang menjadi objek kekerasan terhadap buruh migran Indonesia.

"Jumlah sekian itu diperkirakan semakin bertambah karena Indonesia merupakan salah satu sending area buruh migran selain Filipina di Asean dan Asia Timur," terang Anis Hidayah, direktur eksekutif Migrant Care, dalam lokakarya pembentukan konvensi Asean mengenai pemberantasan perdagangan manusia (trafficking) di JW Marriott kemarin (28/10).

Anis menyebut bahwa buruh asal Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat paling banyak menjadi korban trafficking. Dengan iming-iming pekerjaan dan gaji besar, setiap tahun rata-rata 3-4 ribu perempuan diperdagangkan. Mereka dikirim ke luar negeri secara ilegal. Parahnya, beberapa di antaranya termasuk kelompok anak-anak.

"Berdasar laporan jejaring kami di daerah, arus trafficking di Jatim kebanyakan dari daerah kabupaten seperti Tulungangung, Jember, Blitar, Malang, sampai Ngawi," tutur Anis.

Dengan adanya konvensi pemberantasan trafficking Asean yang rencananya diratifikasi pada pertengahan Juli 2009, Anis berharap agar beberapa instansi terkait dapat menuntaskan rumusan draf konvensi.

Direktur Politik Keamanan Dirjen Departemen Luar Negeri untuk Kerja Sama Asean Ngurah Swajaya menekankan kesepahaman antarpenegak hukum dalam menangkal trafficking. "Lokakarya ini lanjutan dari kerja sama antarpenyidik imigrasi, polisi, maupun kejaksaan di Kuala Lumpur pada Juni 2008," jelas Ngurah.

Pihak imigrasi melalui R. Muchdor, direktur Penyidikan dan Penindakan Dirjen Imigrasi, menyatakan sudah memberlakukan dokumen perjalanan berbasis biometric (sidik jari). "Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi duplikasi perjalanan. Dengan sidik jari, sekalipun anak kembar, tetap dapat dibedakan," tegasnya.

Pernyataan senada dilontarkan penyidik Unit III PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Bareskrim Polri Lili Mulyanti. "Sebisa-bisanya aparat penegak hukum di setiap pintu akses seperti pelabuhan dan bandara memperketat arus keluar masuk manusia," ujarnya. (sep)


Read more...

09/03/09

Derita Umi di Palestina

Derita Umi di Palestina

Jurnal Bogor, 28 January 2009 oleh andreskw


Jakarta - Umi Saodah (33 tahun), Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terjebak di Jalur Gaza, Palestina, tiba di Jakarta kemarin (27/1). Kepada pers, di Gedung Departemen Luar Negeri, Pejambon, Jakarta, Umi menyatakan tak menyangka bisa menjejakkan kakinya kembali di Tanah Air. Ia menuturkan bekerja selama 8 tahun sangat menderita. Selain hanya digaji pada 3 tahun pertama bekerja, perlakuan kasar dari majikan juga diterimanya.

“Saya sangat menderita. Tidak menyangka bisa kembali ke Tanah Air dan bisa bertemu dengan orangtua. Saya nggak mau ke sana lagi,” kata Umi. Umi didatangkan agen TKI PT Andika secara legal ke Yordania 8 tahun lalu untuk bekerja sebagai buruh domestik.
Namun baru seminggu di Amman, agen TKI itu lantas mengoper Umi ke PT Amira Prima, yang kemudian menempatkannya di Jalur Gaza, Palestina. Umi dijemput majikannya, Suhaib Kamal dan keluar dari Amman lewat jalan darat tanpa informasi apapun pada Kedutaan Indonesia (KBRI) setempat.

Saat menyelamatkan diri dari situasi peperangan di Palestina, Umi tengah dipenjara di Saraya Reform and Rehabilitation Center di Gaza City. Ia dituduh mencuri uang dan perhiasan majikannya.

“Saya sudah berulang kali minta pulang, tapi majikan saya selalu melarang. Sampai akhirnya perang tambah parah, saya mendesak majikan. Tapi saya malah dituduh mencuri uang dan perhiasan. Melihat saja tidak pernah,” ungkapnya.

Umi akhirnya berhasil dikeluarkan dari Jalur Gaza setelah proses komunikasi yang panjang antara KBRI Kairo Mesir dan sejumlah pihak kawasan itu. Ia juga berpesan kepada para tenaga kerja wanita (TKW) yang ingin ke luar negeri agar berhati-hati dan menjaga diri.
“Saya berpesan kepada para TKW agar berhati-hati menjaga diri, menjaga kelakuan. Jangan pergi ke Palestina, karena tempat itu bukan tempat bekerja. Di mana saja, kapan saja, ada perang,” ujar Umi.

Kepada penyalur tenaga kerja, Umi meminta agar berhati-hati dalam menempatkan tenaga kerja. “Jangan disesatkan seperti saya,” tegasnya.


Perdagangan Manusia

Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menyatakan kasus Umi Saodah dapat digolongkan sebagai perdagangan manusia antar negara. Kasus Umi baru terkuak ke media massa tanah air, setelah gadis asal Kabupaten Semarang itu terjebak di tengah-tengah perang Gaza.

Sejak 15 Januari lalu, Migrant Care bersama Departemen Pemberdayaan Perempuan telah melaporkan kasus Umi lewat surat ke Kepala Kepolisian RI Bambang Hendarso.
Kepala Advokasi dan Fasilitasi Tenaga Kerja Perempuan Anisah menyatakan kasus Umi ini akan terus diperjuangkan ke meja hijau, berupa tuntutan hukum pada dua agen TKI yang membawanya hingga ke Palestina.

”Kami akan berusaha agar Umi memeroleh hak-haknya sebagai tenaga kerja, karena seharusnya agen-agen itu bertanggungjawab mengantarnya hingga ke negara tujuan dan tidak melepasnya begitu saja,” kata Anisah.

Read more...

Derita TKW Umi Saodah

Umi Saodah Tak Menyangka Bisa Kembali ke Indonesia

Kompas Selasa, 27 Januari 2009 | 17:34 WIB

JAKARTA, SELASA — Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terjebak di Jalur Gaza, Palestina, Umi Saodah, tak menyangka bisa menjejakkan kakinya kembali di Tanah Air. Selama 8 tahun bekerja, ia mengaku sangat menderita. Selain hanya digaji pada 3 tahun pertama bekerja, perlakuan kasar dari majikan juga diterimanya.

"Saya sangat menderita. Tidak menyangka bisa kembali ke Tanah Air dan bisa bertemu dengan orangtua. Saya enggak mau ke sana lagi," kata Umi kepada wartawan, di Gedung Deplu, Pejambon, Jakarta Pusat, Selasa (27/1).

Umi berangkat ke Palestina pada tahun 2000 bersama 15 orang lainnya, melalui penyalur Andika Belenta Bhakti. Belakangan, menurutnya, ia dialihkan ke penyalur lain, Amira Prima.

"Sampai di Palestina, kami pisah di airport. Saya tidak tahu lagi ceritanya (temannya yang lain) gimana. Apa sudah pulang, enggak ngerti. Enggak ada kontak," kisah Umi.

Saat menyelamatkan diri dari situasi peperangan di Palestina, Umi tengah dipenjara di Saraya Reform and Rehabilitation Center di Gaza City. Ia dituduh mencuri uang dan perhiasan majikannya.

"Saya sudah berulang kali minta pulang, tapi majikan saya selalu melarang. Sampai akhirnya perang tambah parah, saya mendesak majikan. Tapi saya malah dituduh mencuri uang dan perhiasan. Melihat saja tidak pernah," ujar Umi.

Umi akhirnya berhasil dikeluarkan dari Jalur Gaza setelah proses komunikasi yang panjang antara KBRI Kairo Mesir dan sejumlah pihak kawasan itu.

Read more...

Telur Arab Tak Menetas di Bumi RI


Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
Telur Arab Tak Menetas di Bumi RI

Oleh Djoko Susilo *

Dua pekan lalu Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ekonomi dunia Islam. Forum itu dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Salah satu tema yang diangkat pertemuan itu ialah bagaimana meningkatkan investasi Timur Tengah. Dan, bagaimana RI bisa mendapatkan bagian USD 4 miliar kue investasi dari negara Arab.

Sesungguhnya tidak ada hal baru dalam forum tersebut karena masalahnya juga tetap. Yakni, keringnya invetasi Arab di dunia Islam, khususnya Indonesia.

Dengan kata lain, uang Arab tetap enggan masuk. Ibarat telur, investasi Arab tetap tidak menetas di bumi RI. Janji investasi Arab hanya omong kosong belaka. Kita sudah sangat cinta dengan Arab, tapi cinta kita bertepuk sebelah tangan. Marilah kita ungkap fakta dan realita yang ada. Dalam urusan Palestina, negara dan bangsa Indonesia selalu berada dalam barisan terdepan. Contoh waktu serangan brutal Israel ke Gaza beberapa bulan lalu, ratusan ribu orang berdemo di Jakarta. <<< ( mayoritas masa PKS )

Demikian pula waktu terjadi perang antara Israel lawan Hizbollah, masyarakat juga berdemo menunjukkan dukungan untuk Arab. Padahal, waktu itu saya yang kebetulan sedang di Dubai, suasana tenang-tenang saja. Tidak ada demo, tidak ada ajakan mendukung Hizbullah.

Bahkan, saat terjadi serangan Israel ke Hamas lalu, polisi Palestina di Ramallah malah menangkapi demonstran yang mendukung Hamas di Gaza.

Dalam hubungan diplomasi, tercatat dari Presiden Soeharto sampai SBY atau bahkan wakil presiden sudah berkujung ke negara Timur Tengah. Libya, Saudi Arabia, Mesir, dan UAE termasuk negara yang paling sering dikunjungi kepala negara kita.

Namun, dalam catatan diplomatik kita, ternyata Kol Moammar Qaththafi belum pernah sekalipun ke Jakarta. Juga raja Arab Saudi yang tercatat pernah ke Indonesia ialah Raja Faisal pada 1974, sedangkan Presiden Mubarak ke Indonesia kali terakhir pada 1983.


Ekonomi Tak Mengembirakan


Hubungan ekonomi tampaknya juga kurang menggembirakan. Sudah banyak saudagar Arab dan juga pejabat tinggi negara Arab menjanjikan investasi atau bantuan ekonomi, tapi umumnya realisasinya rendah.

Dalam hubungan pariwisata, sangat sedikit turis Arab ke Indonesia, padahal negeri jiran Malaysia sekarang kebanjiran turis Timur Tengah. Bahkan, Bangkok yang mayoritas Buddha pun kebanjiran turis Arab.

Memang tampaknya kita yang merasa diri dianggap penting, padahal pihak Arab sama sekali memandang sebelah mata. Jamaah haji perempuan kita sering disebut dengan cara melecehkan "Siti Romlah", sedangkan para tenaga kerja wanita (TKW) kita banyak yang mendapat perlakuan kejam tanpa perlindungan hukum memadai. <<< (Mana peran PKS ....?!!!)

Investasi Arab nyatanya tetap tertinggi di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pangeran Al-Walid, orang paling kaya nomor empat di dunia, pun lebih senang menanam saham di as meski sekarang bisnisnya guncang akibat krisis keuangan di AS.

Kasus pepesan kosong dari Arab bisa dilihat di Jakarta dalam monumen tiang pancang monorel yang membikin macet jalanan ibu kota. Ketika tiang tersebut diresmikan Presiden Megawati atas gagasan Gubernur Sutiyoso (waktu itu), gencar diberitakan akan dapat dana pinjaman Arab USD 500 juta. Sampai lima tahun setelah tiang pertama dibangun, satu dolar pun uang Arab tidak ada yang dicairkan.

Memang, sebenarnya, kalau sudah menyangkut harta, tidak ada soal solidaritas Islam. Yang ada adalah keamanan kekayaan Arab.


Reorganisasi Deplu


Dalam organisasi Departemen Luar Negeri (Deplu), kawasan Timur Tengah ditangani Direktorat Timur Tengah yang merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Asia, Timur Tengah, dan Pasifik. Dengan demikian, bagi para perumus kebijaksanaan di Deplu, Timur Tengah hanya subbagian dari kawasan Asia, Afrika, dan Pasifik yang sangat luas. Ini sudah sangat sesuai dengan kebutuhan.

Di seluruh Timur Tengah, dari 22 negara anggota Liga Arab, RI saat ini mempunyai KBRI di 19 negara. Hanya tiga negara yang tidak ada, yakni Mauritania, Oman, dan Bahrain. Dari seluruh KBRI itu, dua yang cukup besar karena memiliki jabatan wakil Dubes, yaitu KBRI di Kairo, Mesir dan KBRI di Riyadh, Saudi Arabia.

Meski cukup banyak perwakilan RI di kawasan itu, tetap tidak bisa menandingi kawasan Asia Timur, di mana Jepang, Korea, Taiwan, dan belakangan Tiongkok merupakan investor dan mitra dagang terbesar Indonesia.

Dengan demikian, sangat jelas dari dulu Timur Tengah hanya memberikan harapan hampa. Kawasan itu merupakan fatamorgana yang hanya indah dalam bayangan dan harapan. Karena itu, perlu rasional dalam melihat ketimpangan hubungan RI-Arab. Seyogyanya RI lebih terintegrasi dengan kawasan Asia Pasifik daripada menunggu pepesan kosong dari negara Arab. Kita akan semakin menderita dengan cinta tak berbalas dari negara-negara Arab.

*. Djoko Susilo, anggota Komisi I DPR

(Jawa Pos - Senin, 09 Maret 2009)



Read more...

  © Amanah Indonesia Powered by Forum Diskusi Indonesia 2009

Back to TOP