Derita TKW Umi Saodah
Umi Saodah Tak Menyangka Bisa Kembali ke Indonesia
Kompas Selasa, 27 Januari 2009 | 17:34 WIB
JAKARTA, SELASA — Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terjebak di Jalur Gaza, Palestina, Umi Saodah, tak menyangka bisa menjejakkan kakinya kembali di Tanah Air. Selama 8 tahun bekerja, ia mengaku sangat menderita. Selain hanya digaji pada 3 tahun pertama bekerja, perlakuan kasar dari majikan juga diterimanya.
"Saya sangat menderita. Tidak menyangka bisa kembali ke Tanah Air dan bisa bertemu dengan orangtua. Saya enggak mau ke sana lagi," kata Umi kepada wartawan, di Gedung Deplu, Pejambon, Jakarta Pusat, Selasa (27/1).
Umi berangkat ke Palestina pada tahun 2000 bersama 15 orang lainnya, melalui penyalur Andika Belenta Bhakti. Belakangan, menurutnya, ia dialihkan ke penyalur lain, Amira Prima.
"Sampai di Palestina, kami pisah di airport. Saya tidak tahu lagi ceritanya (temannya yang lain) gimana. Apa sudah pulang, enggak ngerti. Enggak ada kontak," kisah Umi.
Saat menyelamatkan diri dari situasi peperangan di Palestina, Umi tengah dipenjara di Saraya Reform and Rehabilitation Center di Gaza City. Ia dituduh mencuri uang dan perhiasan majikannya.
"Saya sudah berulang kali minta pulang, tapi majikan saya selalu melarang. Sampai akhirnya perang tambah parah, saya mendesak majikan. Tapi saya malah dituduh mencuri uang dan perhiasan. Melihat saja tidak pernah," ujar Umi.
Umi akhirnya berhasil dikeluarkan dari Jalur Gaza setelah proses komunikasi yang panjang antara KBRI Kairo Mesir dan sejumlah pihak kawasan itu.
Kompas Selasa, 27 Januari 2009 | 17:34 WIB
JAKARTA, SELASA — Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terjebak di Jalur Gaza, Palestina, Umi Saodah, tak menyangka bisa menjejakkan kakinya kembali di Tanah Air. Selama 8 tahun bekerja, ia mengaku sangat menderita. Selain hanya digaji pada 3 tahun pertama bekerja, perlakuan kasar dari majikan juga diterimanya.
"Saya sangat menderita. Tidak menyangka bisa kembali ke Tanah Air dan bisa bertemu dengan orangtua. Saya enggak mau ke sana lagi," kata Umi kepada wartawan, di Gedung Deplu, Pejambon, Jakarta Pusat, Selasa (27/1).
Umi berangkat ke Palestina pada tahun 2000 bersama 15 orang lainnya, melalui penyalur Andika Belenta Bhakti. Belakangan, menurutnya, ia dialihkan ke penyalur lain, Amira Prima.
"Sampai di Palestina, kami pisah di airport. Saya tidak tahu lagi ceritanya (temannya yang lain) gimana. Apa sudah pulang, enggak ngerti. Enggak ada kontak," kisah Umi.
Saat menyelamatkan diri dari situasi peperangan di Palestina, Umi tengah dipenjara di Saraya Reform and Rehabilitation Center di Gaza City. Ia dituduh mencuri uang dan perhiasan majikannya.
"Saya sudah berulang kali minta pulang, tapi majikan saya selalu melarang. Sampai akhirnya perang tambah parah, saya mendesak majikan. Tapi saya malah dituduh mencuri uang dan perhiasan. Melihat saja tidak pernah," ujar Umi.
Umi akhirnya berhasil dikeluarkan dari Jalur Gaza setelah proses komunikasi yang panjang antara KBRI Kairo Mesir dan sejumlah pihak kawasan itu.

 
0 komentar:
Posting Komentar