15/03/09

Seluruh Tubuh Keni Disetrika

Keni, TKW Indonesia Disiksa Majikan Perempuannya di Madinah
Sumber: www.kompas.com


Rabu, 7 Januari 2009 | 06:38 WIB

Gaji Rp 6 juta yang diterima Keni (28) agaknya tidak akan sebanding dengan penderitaan yang dialaminya.

Keni, tenaga kerja Indonesia asal Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Brebes, Jawa Tengah, disiksa oleh majikan perempuannya di Madinah, Arab Saudi, selama tiga bulan. Dia kini dirawat di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Luka-luka Keni memang sudah mulai kering. Namun, keloid yang muncul di bekas-bekas luka dan bentuk kedua kupingnya yang berubah akan menjadi tanda sepanjang umur Keni dan orang-orang di sekitarnya atas kekerasan yang dialami Keni.

Dari penuturan Keni, kekerasan yang dilakukan Wafa, majikan perempuannya, dimulai setelah satu bulan dia bekerja di keluarga itu.

”Majikan marah kalau saya tidak bisa membersihkan ruangan dalam waktu setengah jam. Padahal, ruangannya banyak. Rumahnya saja tiga lantai,” tutur perempuan yang sudah memiliki satu anak berusia tiga tahun ini.

Setiap marah, Wafa lalu menarik Keni dan membawanya ke ruang setrika. Setrikaan yang telah dipanaskan oleh Wafa lalu ditempelkan ke tubuh Keni. ”Setiap kali menyetrika tubuh saya, dia lalu mengobatinya. Dia punya lemari obat-obatan yang besar. Namun, besoknya, kalau marah, dia menyetrika saya lagi,” cerita Keni.
Luka bakar yang diderita Keni hampir menutupi seluruh tubuhnya. Kedua kuping Keni tampak mengerut. Leher, kedua tangan, dada, perut, punggung, dan kaki tidak luput dari kebengisan Wafa.

Selain menyetrika, Wafa juga memukul Keni, mencongkel gigi depan Keni kemudian memaksa Keni untuk menelannya, dan juga tidak memberi makan yang cukup bagi Keni.

Keni mengaku tidak bisa melarikan diri karena rumah majikannya selalu terkunci. Dia baru bebas ketika majikan laki-lakinya, Khalid Al Khuraifi, mengetahui perbuatan istrinya. Keni lalu dipulangkan ke Indonesia. Namun, ketika pulang Keni dipakaikan baju dan cadar yang tertutup sehingga luka-luka yang ada di kulitnya tidak ditahui oleh pihak keamanan di bandara.

Ketika Keni akan pulang, majikan memberikannya gaji Rp 6 juta. Padahal, Keni telah bekerja selama 4,5 bulan dan gaji per bulannya Rp 2 juta. ”Alasannya, gaji saya dipotong untuk biaya tiket pesawat,” kata Keni.

Charmiah (48), ibunda Keni, ketika ditemui di RS Polri terus-menerus menangis melihat kondisi anak tunggalnya itu. ”Anak saya berangkat cantik, kenapa sekarang bisa begini. Saya minta pelakunya dihukum setinggi-tingginya,” kata perempuan yang sehari-hari berdagang bahan pokok di Pasar Losari ini.

Charmiah mengaku, dia tidak mengizinkan Keni bekerja di luar negeri. Namun, Keni harus bekerja karena suaminya, Saifudin, tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia lebih sering menganggur daripada bekerja. Charmiah meminta Keni membantunya berdagang saja. Namun, Keni menolak. Dia memaksa dengan alasan mencari pengalaman selagi masih muda.

”Tidak tahunya pengalaman yang didapat adalah pengalaman buruk,” tangis Charmiah.

Menurut Charmiah, sebelum bekerja kepada Wafa, Keni pernah bekerja dua tahun di Arab Saudi. Namun, selama dua tahun bekerja, Keni tidak pernah mengirimkan uang gajinya kepada keluarga. ”Tidak tahu uangnya ke mana. Kata dia, belum dibayar majikannya,” ujarnya.

Nirmala Bonat Kedua

Jamaluddin, Koordinator Advokasi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), menyayangkan kekerasan yang dialami Keni ini tidak diumumkan oleh pemerintah. ”Keni sudah tiga bulan dirawat di RS Polri dan tidak sekali pun pemerintah terbuka mengenai masalah ini,” kata Jamaluddin.

Dia menilai, pemerintah selalu bertindak lambat dan cenderung menutupi kejadian yang menimpa warganya yang berada di luar negeri.

”Kasus Keni menjadi kasus Nirmala Bonat kedua, TKI yang disiksa di Malaysia. Kasus Nirmala sendiri membutuhkan waktu empat tahun untuk memberikan hukuman kepada majikannya,” kata Jamaluddin.

Dengan kasus yang menimpa Keni ini, SBMI menuntut Pemerintah Indonesia mengajukan nota protes diplomatik kepada Pemerintah Arab Saudi dan mendesak Pemerintah Arab Saudi mengusut tuntas kasus Keni sesuai hukum yang berlaku di Arab Saudi.

”Proses pengadilan untuk kasus penyiksaan terhadap TKI sangat melelahkan. Bahkan, banyak kasus yang terhenti proses penyidikannya,” ujar Jamaluddin yang bertemu dengan Keni tanpa sengaja di RS Polri.

Sementara itu, Kepala Subdirektorat Pengamanan Deputi Perlindungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Komisaris Besar Yunarlim Munir mengatakan, BNP2TKI telah bekerja sama dengan perwakilan di luar negeri untuk mengusut tuntas kasus ini.

”Majikannya menyatakan sanggup membiayai pengobatan Keni hingga sembuh. Namun, kasus hukumnya kami serahkan kepada Pemerintah Arab Saudi,” kata Yunarlim.

Dia juga mengatakan, saat ini majikan perempuan Keni telah diperiksa penyidik. ”Proses pemeriksaannya belum selesai. Jadi, belum tahu kapan persoalan ini akan dibawa ke pengadilan,” kata Yunarlim.

Dia menambahkan, saat ini ada sekitar 6 juta TKI yang bekerja di luar negeri. Dari jumlah itu, yang mengalami penyiksaan tidak banyak. ”Saya tidak tahu jumlah pastinya, tetapi angkanya kecil hanya 0,0 sekian persen,” kata Yunarlim.

Jamaluddin mengatakan, jumlah TKI yang mempunyai masalah di luar negeri cukup banyak. Dari 1.000 TKI yang pulang setiap hari, sekitar 100 orang mempunyai masalah. Namun, masalahnya beragam. (M CLARA WRESTI)

Read more...

Meuthia Hatta Kunjungi TKW Korban Penyiksaan

Meuthia Hatta Kunjungi TKW Korban Penyiksaan
Didit Tri Kertapati - detikNews

Jakarta - Menneg Pemberdayaan Perempuan (PP) Meuthia Hatta prihatin atas nasib TKW yang menjadi korban penyiksaan majikannya di luar negeri. Putri Bung Hatta ini mengunjungi 6 TKW yang dirawat di RS Polri.

Meuthia masuk ke ruang perawatan para TKW di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (14/1/2009).

Meuthia menyapa para TKW. Mereka adalah Keni, Suheni, Aci, Winda, Aisah, dan Mariani.

"Kamu diapain sama majikan?" tanya Meuthia.

"Ditusuk-tusuk lidah sampai 10 kali. Gigi 4 buah dicongkel dan dipaksa ditelan. Disuruh buka baju sama polisi. Tetapi setelah dikasih uang tidak jadi buka baju," curhat Keni.

Suheni juga menyampaikan cerita sedihnya. "Perut saya ditusuk sama anak majikan. Saya melarikan diri," kata Suheni.

Meuthia selanjutnya mengunjungi Aci, Winda, dan Mariani. "Saya mau diperkosa sama majikan. Saya nekat loncat dari lantai 4 dan tidak sadar diri," kata Aci.

"Abis kamu cantik sih," timpal Meuthia yang mengenakan baju warna merah ini.

Winda dan Aisyah juga mengalami penyiksaan serupa. Sedangkan Mariani mengalami kecelakaan kerja.

"Menyedihkan, kita yang sebenarnya punya hak untuk ke luar negeri tetapi tidak diperlakukan dengan baik. Sebagian besar diperlakukan tidak baik oleh majikannya. Kenapa kok sampai seperti itu. Mereka kan yang butuh tenaga kerja tetapi kok memperlakukan seperti itu," kata Ketua Umum Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) ini.

Meuthia (hanya) akan mengusulkan agar majikan yang menganiaya TKW tidak dikirimi TKW dari Indonesia.(aan/nrl)

Read more...

TKW Indonesia diperkosa 46 lelaki di Makkah

TKW Indonesia dikabarkan diperkosa di Makkah oleh 46 orang termasuk seorang polisi Arab


Sangat mengherankan berita mengenai TKW Indonesia yang diperkosa di Makkah seperti yang diberitakan arabnews.com tgl 28 January 2009 sama sekali tidak ada dalam pemberitaan media Nasional baik cetak maupun elektronik, terutama oleh TV One yang seperti diketahui memiliki hubungan sangat dekat dengan media Arab. Stasiun TV eks. Lativi ini sampai saat ini belum juga mengulas kasus ini dalam pemberitaannya yang terkenal cepat & tajam. Sangat kontradiktif dibanding saat stasiun TV Nasional dengan maskot Bang One ini mampu meliput secara live dan terus-menerus kondisi peperangan di Palestina namun dalam kasus TKW asal Indonesia yang dikabarkan diperkosa di Makkah oleh lebih dari 40 orang termasuk seorang polisi arab sama sekali tidak ada dalam pemberitaanya padahal kabar mengenai kasus ini telah beredar di internet cukup lama.


Berikut kabar mengenai kasus tersebut yang diambil dari
Arab News

TKW yg diperkosa tidak membawa virus AIDS

MAKKAH: Police kemarin membantah bahwa seorang TKW Indonesia yg diperkosa oleh lebih dari 40 orang bulan Desember lalu adalah seorang pembawa virus AIDS spt yg dilaporkan beberapa harian, demikian laporan Al-Watan.

“Kami tidak memiliki bukti bahwa korban perkosaan atau tertuduh2 membawa penyakit seksual,” kata Maj. Abdul Muhsin Al-Mayman, jubir polisi Makkah.

Harian2 setempat melaporkan bahwa 46 lelaki, termasuk seorang polisi, memperkosa wanita 38 thn yg lari dari majikannya di distrik Al-Nuzhah bln December.

Wanita itu dijemput polisi yg kemudian memperkosanya di tempat penampungannya. Dilaporkan bahwa wanita itu dicampakkan di jalan begitu saja dan ditemukan patrol polisi yg membawanya ke RS King Faisal Makkah dimana ia mendapat perawatan bagi AIDS.

Sumber-sumber lain :
http://myquran.org/forum/index.php/topic,49240.0.html
http://www.arabnews.com/?page=1&section=0&article=118644&d=28&m=1&y=2009




Read more...

Tragedi TKW Indonesia Berlanjut Terus

Tragedi TKW Indonesia Berlanjut Terus


source : www.arabnews.com

JEDDAH, 26 December 2005 — Hakim di Riyadh kemarin menjatuhkan hukuman 79 cambukan kepada seorang TKW Indonesia yang menuduh majikan dan istrinya menyiksanya.

"Kami sudah naik banding ke pengadilan dan kami percaya dan yakin pada sistem pengadilan Saudi," kata Nasser Al-Dandani, pengacara Nour Miyati yang ditunjuk oleh Kedutaan Besar Indonesia.

Bulan Maret yang lalu Miyati dibawa ke rumah sakit di Riyadh oleh majikannya dalam kondisi kritis karena bengkak nanah di jari-jari tangan, jari-jari kaki dan juga sebagian dari kaki kanannya. Dokter telah mengamputasi beberapa jari tangan dan jari kakinya.

Pada mulanya Miyati menuduh majikannya mengikatnya selama satu bulan di kamar mandi dan menghantam dia secara keji sehingga melukai matanya dan mematahkan beberapa giginya. Tetapi Miyati kemudian mengubah testimoninya dan kemudian diadukan (dituduh) membuat tuduhan palsu tentang peyiksaan oleh majikannya.

Hakim kemudian menghukum istri majikannya, yang mengaku memukul Miyati, hukuman cambuk 35 kali. Sang suami bebas karena kurangnya bukti yang kuat terhadapnya.

Hakim masih belum memutuskan kasus aduan pemukulan Miyati oleh majikannya. Jika terbukti bersalah, majikan itu harus membayar uang ganti rugi kepada sang TKW.

Bulan Juli lalu pihak yang berwajib Saudi memenjarakan Miyati ketika dia masih sedang dirawat di Rumah Sakit Spesialis di Riyadh karena luka-lukanya dan amputasinya.

Setelah adanya keluhan dari pengacaranya, Dandani, dan dari Kedutaan Besar Indonesia, Miyati dilepaskan atas perintah pemerintah Riyadh Pangeran Salman untuk dirawat di Nahda Women's Charity Society.

Pihak Kedutaan Besar Indonesia menolak berbicara lebih lanjut mengenai hukuman itu hingga keputusan terakhir dibuat. Mereka masih terus berhubungan dengan Miyati di tempat kediaman pengacaranya.

"Dia masih di rumah saya sebagai tamu dan menerima perawatan yang dibutuhkannya, kata Dandani.


dan bla.....bla..... Belum lagi kawin Kontrak para Onta dari Arab dibogor dll

kebanyakkan minum air kencing Onta, sebab katanya Obat Mujarab.

Read more...

Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat

Bekerja di luar negeri sebagai buruh migran memang menjanjikan gaji yang besar, namun resiko yang harus ditanggung juga sangat besar. Kerentanan buruh migran sudah dialami sejak masa perekrutan di daerah asal. Proses ini merupakan awal dari mata rantai eksploitasi terhadap buruh migran Indonesia. Pemerintah selalu melaknat praktek percaloan sebagai biang masalah buruh migran, namun tak pernah serius memberantas praktek percaloan. Hampir sebagian besar buruh migran berangkat ke luar negeri melalui perantara perantara ini. Oleh karena itu, proses perekrutan buruh migran sarat dengan praktek pemerasan dan penipuan. PJTKI berkontribusi besar terhadap eksistansi calo, karena merekalah tukang tadah dari hasil perekrutan para calo.

Pada masa bekerja sebagaian besar buruh migran bekerja disektor-sektor yang penuh resiko (3D: Dark, Dirty, Dangerous) namun minim proteksi. Di timur Tengah (terutama Arab saudi), buruh migran Indonesia yang menjadi korban perkosaan dan kekerasan majikan mencapai jumlah ribuan. Data resmi yang yang dikeluarkan pihak KBRI Arab Saudi dan KBRI Kuwait, jumlah buruh migran yang melarikan diri ke KBRI untuk mencari perlindungan dari tindak kekerasan dan perkosaan majikan mencapai sekitar 3.627 orang pertahun. Puluhan mayat buruh migran Indonesia yang meninggal di Arab Saudi masih terlantar belum dikuburkan dan tidak bisa segera di kirim ke ahli waris Indonesia.

Di Malaysia, buruh migran Indonesia diperlakukan sebagai ''persona non grata''. Politik anti migran pemerintah Malaysia merepresi buruh migran Indonesia yang tidak berdokumen di Malaysia. Padahal sebelumnya merekalah yang menjadi tulang punggung perekonomian Malaysia. Untuk mengusir buruh migran Indonesia tak berdokumen, pemerintah Malaysia tak hanya menerbitkan Akta Imigresen 1154 tahun 2002 tetapi juga melancarkan Ops-Nyah yang mengerahkan tentara dan polisi Malaysia bersenjatakan lengkap. Malaysia pun menggunakan milisi sipil RELA untuk menangkapi buruh migran Indonesia. Di Malaysia persoalan perdagangan perempuan juga menjadi masalah besar.

Di negara-negara lain buruh migran mengalami aneka ragam persoalan. Di Hongkong buruh migrant menerima gaji dibawah standar. Di Taiwan banyak gaji yang tidak dibayar dan PHK sepihak. Taiwan juga menjadi tujuan perdagangan perempuan Indonesia khususnya dari Kalimantan untuk tujuan kawin kontrak. Di Singapura, selain penyelundupan (smuggling in person), kerentanan yang dialami oleh buruh migran ditunjukkan dengan banyaknya angka kematian. Semester pertama tahun 2007 ini, sudah 120 buruh migran Indonesia meninggal dunia.

Read more...

TKW Jember Korban Perkosaan di Arab Saudi

Sumber : mokoku.blogspot.com


Neh Kasus Lagi !!! TKW Jember Korban Perkosaan di Arab Saudi

Sampai Hamil dan Terancam Rajam !!!
Masih Tega Mau Naik Haji ????!!!!


JEMBER- Nasib tenaga kerja wanita Indonesia asal Jember yang bekerja di Arab Saudi kian memprihatinkan. Tiap bulan selalu saja ada korban penganiayaan. Seperti salah satunya dialami Nursiyati, yang bekerja di Arab Saudi kemudian disiksa majikan. Ia dikabarkan diperkosa hingga hamil dan harus menjalani hidup di penjara dengan ancaman hukum rajam sekitar 2.000 kali. Suami Nursiyati, Wagiman dan Serikat Buruh Migran Indonesia Jember melaporkan kasus ini kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemkab Jember. Namun sayangnya tidak mendapatkan tanggapan serius.

"Istri saya berangkat ke Arab Saudi April 2006 karena diajak Misnan, warga Desa Tembokrejo, Kecamatan Umbulsari. Awalnya ditampung di PT AG di Malang selama satu setengah bulan sebelum diberangkatkan ke Saudi. Setahun pertama Nursiyati di Arab Saudi tidak ada masalah. Komunikasi lancar, dan setelah lima bulan bekerja ia mengirimkan uang Rp 4,2 juta," kata Wagiman yang tinggal di Desa Wringintelu, Kecamatan Puger, kemarin. Namun hingga satu setengah tahun terakhir komunikasi dengan istrinya terputus. "Keluarga baru tahu kondisi dia setelah menerima suratnya Februari 2008 dari salah seroang teman istri saya. Surat itu berisi kalau istri saya sedang berada di penjara Ar-Ruwais Woman Section di Jeddah dan menjalani masa tahanan satu tahun dari dua tahun masa tahanan yang harus dijalani," ujarnya. Sayangnya, teman Nursiyati tidak bercerita lebih jelas perihal masuk penjara. "Namun hanya cerita kalau istri saya sering digoda dan dilecehkan oleh keponakan majikan. Bahkan diperkosa hingga hamil. Kami sendiri berharap Nursiyati segera pulang karena anaknya yang kedua sering sakit-sakitan," ujarnya.Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jawa Timur M Kholili mendesak agar Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemkab Jember meminta agar pemerintah menekan PT AG untuk bertanggungjawab atas Nursiyati. "Kami juga mendesak pemerintah mengupayakan secara hukum agar Nursiyati bisa bebas dan menjamin pemenuhan hak yang mesti diterimanya. Pemerintah juga harus menindak pelaku yang menempatkan Nursiyati ke Arab Saudi," kata M Kholili.

Tragisnya, saat melaporkan ke Disnakertrans, Kepala dinas M Thamrin dan staf yang biasa menangani kasus TKI tidak berada di tempat. "Sudah saya telepon berkali-kali, nadanya aktif tapi tidak diangkat," katanya dengan nada kesal. Hal itu juga serupa yang dialami sejumlah wartawan saat melakukan konfirmasi. SBMI Jawa Timur juga membeber pada tahun ini Jawa Timur sudah menangani 53 persoalan tenaga kerja Indonesia nondeportasi. Jumlah kasus terbanyak adalah di Jember dengan 17 kasus, dan diikuti Malang, Ponorogo, dan Banyuwangi. Para TKI tersebut mayoritas bermasalah di dua negara yakni Malaysia dan Arab Saudi. Mayoritas, korban terjebak pada perekrutan ilegal tanpa pekerjaan dan tidak punya legalitas formal.

"Sebagian TKI juga terjebak perekrutan dengan tujuan tidak sesuai kontrak kerja. Ada pula TKI yang dipekerjakan di dunia hitam sebagai hostes dan pelacur. Kami menyesalkan respons pemerintah yang lamban dalam menangani persoalan TKI," tandasnya. Dia juga menambahkan, semua kasus yang ditangani SBMI tidak mendapat pelayanan darurat yang cepat dari pemerintah provinsi, apalagi Pemkab Jember yang dinilai sangat lamban dalam menangani banyaknya kasus. "Di Jember, kami melihat pemerintah kabupaten masih kalah responsif dan kurang tanggap dibanding pemerintah provinsi dan kabupaten lain," ujarnya. (p juliatmoko)


pssst... untuk urusan bangsa sendiri mana perjuangan PKS & TV One ???


Read more...

TKW Disiksa 8 Tahun Oleh Majikan di Arab Saudi

TKW Disiksa 8 Tahun Oleh Majikan di Arab Saudi,

Hingga Cacat Fisik Permanen !
Sssstttt........ Ada Yang Boikot Naik Haji Gak ????!!!!

Jember - Kisah tragis dan memilukan kembali dialami tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di Arab Saudi. Adalah Riyamah Binti Kabul Kasiman (38) warga Dusun Curahrejo Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu yang menjadi korban pemerlakuan tenaga kerja dengan tidak manusiawi oleh majikan. Dia disekap dan disiksa selama 8 tahun dan kini mengalami cacat fisik permanen. Kondisinya psikologisnyapun juga terganggu.

"Kedua kuping saya digigit dan bagian tubuh yang lain disiksa. Saya hanya diam saja. Saya sebenarnya sudah mau melarikan diri. Tapi saya takut akan dibunuh majikan," tutur Riyamah saat dirumahnya sambil meneteskan air mata, kemarin. Riyama sebelumnya berangkat secara ilegal melalui seseorang yang diduga tekong bernama Aminah warga Kecamatan Tanggul yang kemudian disalurkan ke seseorang bernama Sri dan selanjutnya diberikan ke PT Alfindo Masbuana dan ditampung di Jalan Bondet Raya 13 A Jakarta Timur selama 40 hari.

Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jawa Timur M Kholili yang memberikan advokasi pada korban mengatakan, Riyama ditempatkan pada 2 majikan berbeda, pertama Azzah Ugail Ali Kadasah dan kedua bernama Said Kadasah di Jedah Arab Saudi. Selama dipekerjakan Riyama tidak boleh keluar rumah dan diharuskan bekerja sejak jam 4 pagi sampai 12 malam.Akibat penyiksaan itu ia mengalami cacat fisik permanan berupa disiksa telinga lewat gigitan mulut dan nyaris terputus, jari manis kiri patah dan tidak lurus, kedua tangan sekujurnya banyak luka disiksa dengan peralatan dapur. Selain itu, bibir korban mengalami pertumbuhan tidak normal dan kedua kakinya tidak normal karena bekas guratan siksaan bahan kimia."Sekarang kedua matanya tidak bisa melihat dengan normal. Riyama memaksa pulang dan rumahnya sendiri saat ia pulang ternyata sampai lupa. Gaji juga tidak dibayar dengan semestinya yakni 13 ribu real dalam waktu 8 tahun. Mestinya 57.600 real.

Saat ini korban butuh bantuan medis dan psikologis," katanya. Sayangnya saat M Kholili menghubungi Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemkab Jember M Thamrin ponselnya tidak aktif. Begitupula saat dimintai konfirmasi oleh wartawan.SBMI Jawa Timur juga mendesak agar PT Alfindo Masbuana bertanggungjawab atas kondisi Riyama dan menjamin seluruh hak normatif korban. Pihaknya juga meminta agar BNP2TKI dan Menakertrans memeberikan peringatan atau somasi sampai pencabutan izin terhadap PT Alfindo Masbuana.


Read more...

Arab peringkat 1

SURABAYA - Data mencengangkan dibeber Migrant Care. Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat itu mencatat, dalam sepekan ada lima tenaga kerja wanita (TKW) yang tewas di perantauan luar negeri sampai pertengahan 2008. Malaysia dan Arab Saudi menduduki peringkat tertinggi negara yang menjadi objek kekerasan terhadap buruh migran Indonesia.

"Jumlah sekian itu diperkirakan semakin bertambah karena Indonesia merupakan salah satu sending area buruh migran selain Filipina di Asean dan Asia Timur," terang Anis Hidayah, direktur eksekutif Migrant Care, dalam lokakarya pembentukan konvensi Asean mengenai pemberantasan perdagangan manusia (trafficking) di JW Marriott kemarin (28/10).

Anis menyebut bahwa buruh asal Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat paling banyak menjadi korban trafficking. Dengan iming-iming pekerjaan dan gaji besar, setiap tahun rata-rata 3-4 ribu perempuan diperdagangkan. Mereka dikirim ke luar negeri secara ilegal. Parahnya, beberapa di antaranya termasuk kelompok anak-anak.

"Berdasar laporan jejaring kami di daerah, arus trafficking di Jatim kebanyakan dari daerah kabupaten seperti Tulungangung, Jember, Blitar, Malang, sampai Ngawi," tutur Anis.

Dengan adanya konvensi pemberantasan trafficking Asean yang rencananya diratifikasi pada pertengahan Juli 2009, Anis berharap agar beberapa instansi terkait dapat menuntaskan rumusan draf konvensi.

Direktur Politik Keamanan Dirjen Departemen Luar Negeri untuk Kerja Sama Asean Ngurah Swajaya menekankan kesepahaman antarpenegak hukum dalam menangkal trafficking. "Lokakarya ini lanjutan dari kerja sama antarpenyidik imigrasi, polisi, maupun kejaksaan di Kuala Lumpur pada Juni 2008," jelas Ngurah.

Pihak imigrasi melalui R. Muchdor, direktur Penyidikan dan Penindakan Dirjen Imigrasi, menyatakan sudah memberlakukan dokumen perjalanan berbasis biometric (sidik jari). "Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi duplikasi perjalanan. Dengan sidik jari, sekalipun anak kembar, tetap dapat dibedakan," tegasnya.

Pernyataan senada dilontarkan penyidik Unit III PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Bareskrim Polri Lili Mulyanti. "Sebisa-bisanya aparat penegak hukum di setiap pintu akses seperti pelabuhan dan bandara memperketat arus keluar masuk manusia," ujarnya. (sep)


Read more...

09/03/09

Derita Umi di Palestina

Derita Umi di Palestina

Jurnal Bogor, 28 January 2009 oleh andreskw


Jakarta - Umi Saodah (33 tahun), Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terjebak di Jalur Gaza, Palestina, tiba di Jakarta kemarin (27/1). Kepada pers, di Gedung Departemen Luar Negeri, Pejambon, Jakarta, Umi menyatakan tak menyangka bisa menjejakkan kakinya kembali di Tanah Air. Ia menuturkan bekerja selama 8 tahun sangat menderita. Selain hanya digaji pada 3 tahun pertama bekerja, perlakuan kasar dari majikan juga diterimanya.

“Saya sangat menderita. Tidak menyangka bisa kembali ke Tanah Air dan bisa bertemu dengan orangtua. Saya nggak mau ke sana lagi,” kata Umi. Umi didatangkan agen TKI PT Andika secara legal ke Yordania 8 tahun lalu untuk bekerja sebagai buruh domestik.
Namun baru seminggu di Amman, agen TKI itu lantas mengoper Umi ke PT Amira Prima, yang kemudian menempatkannya di Jalur Gaza, Palestina. Umi dijemput majikannya, Suhaib Kamal dan keluar dari Amman lewat jalan darat tanpa informasi apapun pada Kedutaan Indonesia (KBRI) setempat.

Saat menyelamatkan diri dari situasi peperangan di Palestina, Umi tengah dipenjara di Saraya Reform and Rehabilitation Center di Gaza City. Ia dituduh mencuri uang dan perhiasan majikannya.

“Saya sudah berulang kali minta pulang, tapi majikan saya selalu melarang. Sampai akhirnya perang tambah parah, saya mendesak majikan. Tapi saya malah dituduh mencuri uang dan perhiasan. Melihat saja tidak pernah,” ungkapnya.

Umi akhirnya berhasil dikeluarkan dari Jalur Gaza setelah proses komunikasi yang panjang antara KBRI Kairo Mesir dan sejumlah pihak kawasan itu. Ia juga berpesan kepada para tenaga kerja wanita (TKW) yang ingin ke luar negeri agar berhati-hati dan menjaga diri.
“Saya berpesan kepada para TKW agar berhati-hati menjaga diri, menjaga kelakuan. Jangan pergi ke Palestina, karena tempat itu bukan tempat bekerja. Di mana saja, kapan saja, ada perang,” ujar Umi.

Kepada penyalur tenaga kerja, Umi meminta agar berhati-hati dalam menempatkan tenaga kerja. “Jangan disesatkan seperti saya,” tegasnya.


Perdagangan Manusia

Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menyatakan kasus Umi Saodah dapat digolongkan sebagai perdagangan manusia antar negara. Kasus Umi baru terkuak ke media massa tanah air, setelah gadis asal Kabupaten Semarang itu terjebak di tengah-tengah perang Gaza.

Sejak 15 Januari lalu, Migrant Care bersama Departemen Pemberdayaan Perempuan telah melaporkan kasus Umi lewat surat ke Kepala Kepolisian RI Bambang Hendarso.
Kepala Advokasi dan Fasilitasi Tenaga Kerja Perempuan Anisah menyatakan kasus Umi ini akan terus diperjuangkan ke meja hijau, berupa tuntutan hukum pada dua agen TKI yang membawanya hingga ke Palestina.

”Kami akan berusaha agar Umi memeroleh hak-haknya sebagai tenaga kerja, karena seharusnya agen-agen itu bertanggungjawab mengantarnya hingga ke negara tujuan dan tidak melepasnya begitu saja,” kata Anisah.

Read more...

Derita TKW Umi Saodah

Umi Saodah Tak Menyangka Bisa Kembali ke Indonesia

Kompas Selasa, 27 Januari 2009 | 17:34 WIB

JAKARTA, SELASA — Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terjebak di Jalur Gaza, Palestina, Umi Saodah, tak menyangka bisa menjejakkan kakinya kembali di Tanah Air. Selama 8 tahun bekerja, ia mengaku sangat menderita. Selain hanya digaji pada 3 tahun pertama bekerja, perlakuan kasar dari majikan juga diterimanya.

"Saya sangat menderita. Tidak menyangka bisa kembali ke Tanah Air dan bisa bertemu dengan orangtua. Saya enggak mau ke sana lagi," kata Umi kepada wartawan, di Gedung Deplu, Pejambon, Jakarta Pusat, Selasa (27/1).

Umi berangkat ke Palestina pada tahun 2000 bersama 15 orang lainnya, melalui penyalur Andika Belenta Bhakti. Belakangan, menurutnya, ia dialihkan ke penyalur lain, Amira Prima.

"Sampai di Palestina, kami pisah di airport. Saya tidak tahu lagi ceritanya (temannya yang lain) gimana. Apa sudah pulang, enggak ngerti. Enggak ada kontak," kisah Umi.

Saat menyelamatkan diri dari situasi peperangan di Palestina, Umi tengah dipenjara di Saraya Reform and Rehabilitation Center di Gaza City. Ia dituduh mencuri uang dan perhiasan majikannya.

"Saya sudah berulang kali minta pulang, tapi majikan saya selalu melarang. Sampai akhirnya perang tambah parah, saya mendesak majikan. Tapi saya malah dituduh mencuri uang dan perhiasan. Melihat saja tidak pernah," ujar Umi.

Umi akhirnya berhasil dikeluarkan dari Jalur Gaza setelah proses komunikasi yang panjang antara KBRI Kairo Mesir dan sejumlah pihak kawasan itu.

Read more...

Telur Arab Tak Menetas di Bumi RI


Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
Telur Arab Tak Menetas di Bumi RI

Oleh Djoko Susilo *

Dua pekan lalu Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ekonomi dunia Islam. Forum itu dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Salah satu tema yang diangkat pertemuan itu ialah bagaimana meningkatkan investasi Timur Tengah. Dan, bagaimana RI bisa mendapatkan bagian USD 4 miliar kue investasi dari negara Arab.

Sesungguhnya tidak ada hal baru dalam forum tersebut karena masalahnya juga tetap. Yakni, keringnya invetasi Arab di dunia Islam, khususnya Indonesia.

Dengan kata lain, uang Arab tetap enggan masuk. Ibarat telur, investasi Arab tetap tidak menetas di bumi RI. Janji investasi Arab hanya omong kosong belaka. Kita sudah sangat cinta dengan Arab, tapi cinta kita bertepuk sebelah tangan. Marilah kita ungkap fakta dan realita yang ada. Dalam urusan Palestina, negara dan bangsa Indonesia selalu berada dalam barisan terdepan. Contoh waktu serangan brutal Israel ke Gaza beberapa bulan lalu, ratusan ribu orang berdemo di Jakarta. <<< ( mayoritas masa PKS )

Demikian pula waktu terjadi perang antara Israel lawan Hizbollah, masyarakat juga berdemo menunjukkan dukungan untuk Arab. Padahal, waktu itu saya yang kebetulan sedang di Dubai, suasana tenang-tenang saja. Tidak ada demo, tidak ada ajakan mendukung Hizbullah.

Bahkan, saat terjadi serangan Israel ke Hamas lalu, polisi Palestina di Ramallah malah menangkapi demonstran yang mendukung Hamas di Gaza.

Dalam hubungan diplomasi, tercatat dari Presiden Soeharto sampai SBY atau bahkan wakil presiden sudah berkujung ke negara Timur Tengah. Libya, Saudi Arabia, Mesir, dan UAE termasuk negara yang paling sering dikunjungi kepala negara kita.

Namun, dalam catatan diplomatik kita, ternyata Kol Moammar Qaththafi belum pernah sekalipun ke Jakarta. Juga raja Arab Saudi yang tercatat pernah ke Indonesia ialah Raja Faisal pada 1974, sedangkan Presiden Mubarak ke Indonesia kali terakhir pada 1983.


Ekonomi Tak Mengembirakan


Hubungan ekonomi tampaknya juga kurang menggembirakan. Sudah banyak saudagar Arab dan juga pejabat tinggi negara Arab menjanjikan investasi atau bantuan ekonomi, tapi umumnya realisasinya rendah.

Dalam hubungan pariwisata, sangat sedikit turis Arab ke Indonesia, padahal negeri jiran Malaysia sekarang kebanjiran turis Timur Tengah. Bahkan, Bangkok yang mayoritas Buddha pun kebanjiran turis Arab.

Memang tampaknya kita yang merasa diri dianggap penting, padahal pihak Arab sama sekali memandang sebelah mata. Jamaah haji perempuan kita sering disebut dengan cara melecehkan "Siti Romlah", sedangkan para tenaga kerja wanita (TKW) kita banyak yang mendapat perlakuan kejam tanpa perlindungan hukum memadai. <<< (Mana peran PKS ....?!!!)

Investasi Arab nyatanya tetap tertinggi di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pangeran Al-Walid, orang paling kaya nomor empat di dunia, pun lebih senang menanam saham di as meski sekarang bisnisnya guncang akibat krisis keuangan di AS.

Kasus pepesan kosong dari Arab bisa dilihat di Jakarta dalam monumen tiang pancang monorel yang membikin macet jalanan ibu kota. Ketika tiang tersebut diresmikan Presiden Megawati atas gagasan Gubernur Sutiyoso (waktu itu), gencar diberitakan akan dapat dana pinjaman Arab USD 500 juta. Sampai lima tahun setelah tiang pertama dibangun, satu dolar pun uang Arab tidak ada yang dicairkan.

Memang, sebenarnya, kalau sudah menyangkut harta, tidak ada soal solidaritas Islam. Yang ada adalah keamanan kekayaan Arab.


Reorganisasi Deplu


Dalam organisasi Departemen Luar Negeri (Deplu), kawasan Timur Tengah ditangani Direktorat Timur Tengah yang merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Asia, Timur Tengah, dan Pasifik. Dengan demikian, bagi para perumus kebijaksanaan di Deplu, Timur Tengah hanya subbagian dari kawasan Asia, Afrika, dan Pasifik yang sangat luas. Ini sudah sangat sesuai dengan kebutuhan.

Di seluruh Timur Tengah, dari 22 negara anggota Liga Arab, RI saat ini mempunyai KBRI di 19 negara. Hanya tiga negara yang tidak ada, yakni Mauritania, Oman, dan Bahrain. Dari seluruh KBRI itu, dua yang cukup besar karena memiliki jabatan wakil Dubes, yaitu KBRI di Kairo, Mesir dan KBRI di Riyadh, Saudi Arabia.

Meski cukup banyak perwakilan RI di kawasan itu, tetap tidak bisa menandingi kawasan Asia Timur, di mana Jepang, Korea, Taiwan, dan belakangan Tiongkok merupakan investor dan mitra dagang terbesar Indonesia.

Dengan demikian, sangat jelas dari dulu Timur Tengah hanya memberikan harapan hampa. Kawasan itu merupakan fatamorgana yang hanya indah dalam bayangan dan harapan. Karena itu, perlu rasional dalam melihat ketimpangan hubungan RI-Arab. Seyogyanya RI lebih terintegrasi dengan kawasan Asia Pasifik daripada menunggu pepesan kosong dari negara Arab. Kita akan semakin menderita dengan cinta tak berbalas dari negara-negara Arab.

*. Djoko Susilo, anggota Komisi I DPR

(Jawa Pos - Senin, 09 Maret 2009)



Read more...

  © Amanah Indonesia Powered by Forum Diskusi Indonesia 2009

Back to TOP